SIDOARJO/SOROTMATA.COM – Dari sumber APBD tahun 2024, rehabilitasi ruang kelas SMP Negeri 2 Tanggulangin yang terletak di Desa Kedungbanteng dengan Satker (satuan kerja) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo, dengan pagu anggaran Rp 1.754.105.000,00 dan HPS (Harga Perkiraan Sendiri) Rp 1.754.180.024,00, dimenangkan oleh CV. Cipta Buana, dengan harga penawaran Rp.1.541.113.205.00.
Rehab ringan 3 ruang kelas dengan luas per kelas 7m1 × 8m1, memasang U-ditch/U-gutter guna meniadakan genangan air di lingkungan SMPN 2 Tanggulangin, memasang 2 pompa air, dan memasang daya listrik untuk pengoperasian pompa air.
Terlihat beberapa minggu yang lalu ditemuan awak media dilapangan, SMP Negeri 2 Tanggulangin ini genangan air di sekolah masih bertambah, meski sudah di rehabilitasi.
Diduga salah satunya pemasangan saluran air (U-ditch/U-gutter) dipasang lebih tinggi dari permukaan tanah halaman SMP Negeri 2 Tanggulangin, genangan air masih tinggi.
“Ditemukan diguga pemasangan U-ditch tudak sesuai, berakibat air dari curah hujan tidak terkanalisasi untuk menuju titik sedot dari pompa yang disediakan.
Padahal tujuan utama diadakannya paket kegiatan rehabilitasi ini adalah untuk menyediakan ruang belajar yang layak dan lingkungan belajar yang sehat dan bebas banjir. Rehab (ringan) 3 ruang kelas ini memakan biaya dari uang rakyat lebih dari Rp 1,5 miliar dengan beberapa item pekerjaan.
Atas terjadinya dugaan ketidak sesuaian konstruksi ini menjadi pertanyaan masyarakat, jangan sampai di sia -siakan negara mengeluarkan uang rakyat sebesar Rp 1,5 miliar untuk rehabilitasi ruang kelas SMP Negeri 2 Tanggulangin, tetapi manfaatnya tidak dapat diterima, masih tetap banjir.
Sementara itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo, melalui Kabid Sarpras, Indar Hidayanti saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, dirinya mengatakan, di SMP Negeri 2 Tanggulangin ini jalannya sering banjir, jadi dari dinas menganalisa permasalahan ini karna ada genangan langganan tiap tahunnya banjir,” jelas Indar, Jumat (3/1/2025).
“Perhitungan teknisnya dengan dibantu konsultan perencana terkait DID nya seperti apa dan dari dinas Pendidikan itu kebijakannya adalah disamping peninggian kelas karena menghindari genangan air supaya dikelas tidak banjir biar nyaman proses pembelajaran,” uncap Indar.
Lanjutnya, kemudian kami ingin memberikan solusi untuk banjirnya. Kami buat GWT water tank kemudian dipompa keluar supaya air yang di dalam bisa keluar. Kami berkordinasi dengan dinas PUPR Sidoarjo supaya aliran yang memang harusnya buangan dari rumah termasuk dari sekolah memang alirannya ke situ.
“Jadi kami kordinasi dengan dinas PUPR supaya aliran air ini tetap mengalir. Jadi air yang kami buang ke sini tetap ter alirkan. Kalau dari lingkungan sekolah iru wewenang dari dinas Pendidikan. Begitu keluar dari wilayah sekolah sudah beda kewenangan,” ucapnya.
“Kewenangannya dari dinas PUPR, jadi kami dibantu dinas PU untuk mengalirkan air yang merendam sekolahan. Dan dari dinas PU sudah membangun KISDAM. Jadi kalau kisdam ini efektif akan dibuat permanen. Jadi genangan yang memang disini lebih rendah, jadi drainase yang dijalan dialirkan,” pugkasnya. (Gis)